Mengenang Pertempuran Laskar Paling Heroik di Serpong



 
TMP Seribu

Pertempuran  Serpong  yang terjadi pada 26   Mei  1946   merupakan pertempuran rakyat paling heroik  pada class I di daerah sekitar Jakarta.  Pasalnya,  inilah pertempuran laskar rakyat dengan modal semangat yang memakan waktu panjang. Dan korban dari kedua belah pihak yang cukup panjang.



Pertempuran bermula dari informasi yang diterima laskar rakyat, bahwa Belanda telah mendarat dan mengusai daerah Serpong . Sekitar  300 tentara Belanda sudah menempati pos –pos strategis.  Salah satunya, mendirikan pos komando di pertigaan  Cilenggang  - Cisauk.     



Mendengar  Belanda yang  mengedepankan tentara KNIL-nya sudah menduduki Serpong  23 Mei 1946  pasukan laskar dari Desa Sampeureun, Kecamatan Maja berangkat  dengan jalan kaki  menuju Serpong.



Pasukan berkekuatan 400 orang dibawah pimpinan KH Ibrahim ini  sesampai di Tenjo pasukan bergabung dengan pasukan laskar dari Tenjo yang dipimpin oleh KH Harun, seorang ulama yang terkenal sebagai Abuya Tenjo. Laskar Tenjo berjumlah sekitar 290 orang. Alhasil, dengan bergabung lascar Tenjo, semangat pun makin berkobar.    



25 Mei 1946 kedua pasukan tersebut dengan menggunakan senjata tajam terus berjalan kaki menuju Parung  Panjang,  daerah yang terletak  di sebelah barat Serpong.



Disepanjang perjalanan menuju sasaran pasukan bertambah terus , di antaranya bergabung  pasukan  laskar dari Kampung Sengkol yang dipimpin  Jaro Tiking. Dan bergabung pula  pasukan dari Rangkasbitung pimpinan Mama Hasyim dan Pasukan Laskar pimpinan Nafsirin  Hadi dan E.Mohammad  Mansyur.



Pada  25 Mei 1946 malam, para pimpinan pasukan berunding di daerah Cisauk dan diteruskan di Cilenggang  untuk mengatur siasat pertempuran. Esoknya, 26 Mei 1946  sekitar jam 08. 30 Serpong di serang.



Pasukan Pimpinan KH Harun menyerang dari belakang sedangkan Pasukan Pimpinan KH Ibrahim, pasukan pimpinan Mama Hasyim dan pasukan pimpinan E.Mohammad Masyur menyerang dari depan dengan melalui jalan raya Serpong.

Jenazah satu makam satu.


Dalam gerakan menuju sasaran pasukan mengumandangkan takbir “Allahu Akbar”.  Pasukan laskar  rakyat maju terus dengan mengumandakan takbir dan Pasukan Belanda gencar menembaknya sehingga korban berjatuhan. Suara Takbir lambat  terus berkumandang.  Pertempuran berlangsung seru. Banyak  anggota lascar yang berhasil merebut  senjata Belanda. Dan Senjata tersebut lalu ditembakan ke mereka. Banyak pasukan Belanda yang mati.  Pertempuran yang berlangsung hingga pukul 20.00  WIB  itu  membuat   sekitar 238   laskar gugur, termasuk KH Ibrahim dan Jaro Tiking. Sementara pihak Belanda sekitar 102 orang tewas.



Setelah pertempuran yang sengit, pihak  laskar pun berunding dengan  pihak Belanda  untuk  menguburkan  jenazah rekan mereka . Kesepatan terjadi.  Hanya saja, Belanda hanya mengizinkan  empat orang yang  bertugas  menguburkan. Tak heran  jika mereka dimakakam ditumpuk dalam dua lubang . Makam mereka terletak tak jauh dari pertigaan Cilenggang – Cisauk, Kelurahan Cilenggang, Serpong.   




Namun karena  perkembangan zaman, makan  mereka  dipindahkan   di Jalan Raya Puspiptek. Mereka dikuburkan satu kubur satu jenazah. Dan tempat pemakaman  tersebut diberi nama Taman Makam Pahlawan (TMP) Seribu. Letaknya di jalan Raya  Pahlawan Seribu , Kecamatan Setu, Tangsel  tak jauh dari Taman Tekno di BSD City.



Meski namanya “ TMP Seribu ”, bukan berarti ada 1.000 makam pahlawan yang ada di TMP yang memiliki luas 9.835 meter persegi ini.  Tapi hanya ada 238 makam pahlawan yang ada di sini, ditambah dua makam lagi, sehingga total semuanya adalah 240 makam. Dengan rincian 151 makam dengan nama. 87 pahlawan tanpa nama. Dengan tambahan   enam makam baru. (T/ dr berbagai sumber)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel