Tabloid Indonesia Barokah Menjadi ‘Final Curtain’


Oleh Asyari Usman

Kalaulah pantas menggunakan kata “bodoh”, maka penerbitan tabloid Indonesia Barokah (IB) oleh entah siapa pun itu merupakan kebodohan yang tak perlu terjadi. Sebab, sekarang kehadiran tabloid yang berisi ‘kampanye hitam’ terhadap Prabowo-Sandi itu hanya menambah sulit posisi Pak Jokowi. Menjadi beban elektoral bagi beliau.

Padahal, isinya tidak ada yang istimewa. Tidak ada ‘revelation’ (pengungkapan) yang hebat. Kontennya adalah isu-isu lama yang sudah diketahui dan ditolak oleh publik. Kampanye hitam terhadap Prabowo-Sandi, insyaAllah, tak akan manjur untuk mempengaruhi pilihan rakyat terhadap paslon 02.

Saya tidak mampu melihat keuntungan apa yang akan dipersembahkan kepada Pak Jokowi dan kubunya lewat penerbitan IB? Tidak ada sama sekali. Bahkan kerugian yang akan menimpa paslon 01. Sebaliknya, Pak Prabowo panen simpati. Sebab, beliau ini menjadi korban fitnah tabloid IB.

Perintah untuk membakar tabloid itu yang dikeluarkan oleh ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) merupakan vonis ketololan IB. Perintah JK itu sekaligus mengisyaratkan bahwa tabloid IB adalah kejahatan kampanye. Secara halus, JK mendeklarasikan simpatinya untuk Prabowo-Sandi.

Jadi, IB betul-betul kedunguan kelas tinggi. Dan sekarang menjadi masalah besar. Walaupun Bawaslu tidak menganggap itu sebagai pelanggaran.

Bawaslu pun akan dihadapkan pada situasi yang tidak mudah. Karena lembaga pengawas pemilu ini diamati oleh jutaan orang. Gerak-geriknya yang berat sebelah akan segera terdeteksi. Sikap Bawaslu jelas bertentangan dengan akal sehat. Karena tabloid IB jelas-jelas melakukan kampanye hitam. Tetapi, Bawaslu tampaknya siap menerima hukuman rakyat terhadap mereka.

Begitu juga kepolisian. Kalau ternyata ada unsur pidana dalam penerbitan IB tetapi tidak diproses oleh kepolisian secara wajar dan adil, rakyat ‘is watching you’. Rakyat mempelototi Anda.

Sekarang ini tinggal menunggu hasil penelitian Dewan Pers untuk menentukan apakah IB produk jurnalistik atau bukan. Yang menjadi masalah, keputusan Dewan Pers pun tidak akan mempengaruhi penilaian masyarakat bahwa IB adalah ‘kampanye hitam’. Mau dikatakan produk jurnalistik atau bukan, vonis rakyat tak akan berubah bahwa IB adalah penyebar fitnah dan kampanye hitam.

Dengan demikian, ke ranah mana pun dibawa soal penerbitan IB itu, dampak negatifnya tetap akan terpikulkan ke Pak Jokowi. Apalagi ada salah seorang dari kubu Pak Jokowi yang mengeluarkan pernyataan yang bernada membela IB. Menjadi kloplah beban Pak Jokowi.

Adalah jurubicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf (Ko-Ruf), Ace Hasan Syadzily, yang keluar dengan pernyataan (25/01/2019) yang membela penerbitan IB. Dia berpegang pada penilaian Bawaslu bahwa IB tidak berkampanye. Ace meminta agar perdaran di masjid tidak dilarang. Dia melawan perintah Jusuf Kalla.

Yang membuat Pak Jokowi runyam gara-gara tabloid IB adalah penerbitannya yang dilakukan secara serampangan. Alamat redaksinya tidak ada di lapangan. “Fiktif,” tulis CNNIndonesia yang melakukan penulusuran. Di halaman dua IB ada tertulis alamat Jalan Haji Kerenkemi, Rawa Bacang, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi. Yang ada ialah Jalan Kirinkeman. Di jalan ini pun tidak ditemukan kantor redaksi IB.

Jadi, sekali lagi, tabloid yang tak jelas ini hanya akan merugikan Pak Jokowi. Semula para pengelola koran itu bermaksud mau membebani Prabowo-Sandi. Tetapi, situasinya ‘balik gagang’. Senjata makan tuan.

Di mata rakyat, edisi fitnah itu malah berubah menjadi beban berat bagi Jokowi. Lebih-kurang seperti ‘final curtain’ Ko-Ruf. Menjadi ‘tirai terakhir’ pertunjukan Jokowi.

*Penulis adalah wartawan senior

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel