Tiga Peradaban Banten: Keraton, Masjid dan Air



 
Situs Istana Surosoan, diluluhlantakan  karena Sultan Ageng Membangkan Belanda (Foto: Ist)

Cipasera.com- Kerajaan Banten  dikenal sebagai kerajaan Islam yang pernah mengalami kejayaan. Salah satu bukti tersebut, yakni situs  Istana Surosoan. Istana Surosoan dahulu merupakan tempat  kediaman  Sultan Banten dan pejabat tinggi keraton.
Dari catatan sejarah, mereka yang pernah tinggal disitu, antara lain,  Sultan Maulana Hasanudin,  Sultan Haji yang pernah berkuasa pada 1672-1687. Berikut tiga peninggalan kejayaan  yang mewakili peradaban Banten, yag cukup maju.

Istana Surosoan
Istana Surosoan  dibangun pada tahun 1552.  Dalam situs peninggalan kerajaan Banten,  dibanding Istana Kaibon  Istana Surosoan kehancuran lebih parah Istana Surosoan. Sebab kini istana tersebut  hanya tinggal  pondasi  bangunannya saja. Terdapat pula sisa bangunan  Benteng yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter. Di tengahnya ada  kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut tempat mandi Rara Denok, putri raja yang aduhai. Keraton Surosoan luluh lantak  oleh Belanda karena  Sultan Ageng Tirtayasa (1680) tak mau tunduk.

 
Masjid Agung yang unik. Unsur china masuk (Foto:Ist)

Masjid Agung Banten

Banten tempo doeloe indentik dengan kejaan Islam. Tak heran bila ada peninggalan masjid yang sangat terkenal, yakni  Masjid   Masjid Agung Banten. Masjid ini  terletak di i Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun  oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570).  

Sultan Maulana  merupakan  putra pertama Sunan Gunung Jati. Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China. Mungkin karena  ada  arsitek China yang ikut berperan merancang. Sunan Gunung Jati memang dikenal memiliki istri dari China. Kemungkinan arsitek  bernama Tjek Ban Tjut yang yang didatangkan karena pengaruh perkawinan tersebut.

Sistem Irigasi dan tata kelola air Banten. (foto: Ist)

  Danau Tasikardi


Di masa kesultanan Banten, system irigasi dan tata kelola air maju sangat pesat. Terbukti dengan adanya peninggalan adanya Tasikardi, yakni danau buatan yang  luasnya sekitar  5 Hektar dan bagian dasarnya dilapisi oleh Batu Bata. Pada  masa kesulatanan  danau ini dikenal dengan nama Situ Kardi . Danau ini memiliki sistem ganda. Selain sebagai penampung air di Sungai Cibanten yang digunakan sebagai pengairan pertanian padi, danau ini juga dirancang  sebagai sumber  pasokan air bagi keraton dan masyarakat sekitarnya. Air yang dialirkan ke istana terlebih dahulu diproses di pengindelan agar layak minum. (Red/berbagai sumber)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel