Mengelola Teater Anak Hingga Pentas Di Luar Negeri
Rabu, 04 April 2018
Edit
Teater Tanah Air Sutradara Jose Rizal Manua Saat Tampil di Rusia |
Oleh Jose Rizal Manua
Ketika Teater Tanah Air dengan lakon Spectacle PEACE a Visual Theatre Performance karya Putu Wijaya mengikuti 10Th World Festival of Children’s Theatre di Moscow- Russia, yang berlangsung tanggal 17 – 25 Juli 2008, tabloit “Bavissimo” melalui reporter Irina Motronenko dan Dmitry Osipenko, dalam artikelnya menulis: “Tentunya ini adalah salah satu penampilan ter-unggul di festival. Komitmen aktor untuk akting sebagai binatang – dari beruang kutub dan rajawali sampai kanguru dengan bayi dikantongnya – sampai sangat dekat dengan melupakan diri sendiri. Dan ketika mereka memanggil penonton untuk membantu dan sekelompok anak-anak menggapai panggung untuk mengalahkan sang pemburu – yang dengan janggut palsu dan sebuah bazooka di tangannya membuatnya menjadi seorang teroris – dengan senjata air, kemudian utuhlah persatuan dan admirasi.
Begitu juga ketika Teater Tanah Air mengikuti 9Th World Festival of Children’s Theatre di Lingen (Ems)- Germany, tahun 2006. Dan The Asia-Pacific of Children’s Theatre di Toyama- Jepang, tahun 2004. Dengan lakon Spectacle WOW a Visual Theatre Performance karya Putu Wijaya dan Within Children’s Hand karya Danarto, telah mendapatkan apresiasi yang tinggi dari masyarakat teater dunia. Bahkan Teater Tanah Air melalui repertoar-repertoarnya dianggap telah membuka cakrawala baru dalam perkembangan teater anak-anak dunia.
Masyarakat Teater Anak-anak di Dunia menganggap bahwa Teater Anak-anak di Indonesia telah berkembang sedemikian rupa baiknya, dengan segala inovasi-inovasinya yang segar.
Tapi kenyataannya, tidak seperti yang mereka bayangkan. Kenyataannya, jumlah teater anak-anak di Indonesia masih bisa dihitung dengan jari. Dan kiprahnya hampir tidak ada yang mencuat kepermukaan.
Keberadaan teater anak-anak di Indonesia, khususnya di Jakarta masih dianggap sebagai media hiburan semata. Bukan sebagai media pendidikan untuk menempa kepribadian dan aktualitas diri. Itu sebabnya banyak orang tua yang mendaftarkan anak-anaknya ke grup-grup (sanggar-sanggar) teater agar anaknya menjadi bintang sinetron atau bintang iklan. Ini berbeda dengan teater anak-anak di Negara-negara maju yang menjadikan teater sebagai media pendidikan. Di Negara-negara maju teater anak-anak ada 2 macam. Pertama, teater anak-anak yang dimainkan oleh anak-anak. Kedua, teater untuk anak-anak dimana pemainnya adalah orang-orang dewasa. Teater anak-anak sebagai sarana hiburan (komersil) biasanya adalah teater yang dimainkan oleh orang-orang dewasa.
Di Indonesia, khususnya di Jakarta, teater anak-anak tumbuh dan berkembang di grup-grup (sanggar-sanggar). Sedangkan di Negara-negara maju, teater anak-anak tumbuh dan berkembang di sekolah-sekolah dan menjadi bagian dari kurikuler. Bagi Negara-negara maju keberadaan teater untuk anak-anak sangat penting untuk pembinaan mental-spiritual anak. Di mana anak-anak dilatih bekerjasama dan meng-aktualisasi-kan, dirinya melalui game-game (ragam permainan), yang merangsang imajinasi, fantasi, asosiasi, spontanitas dan unsur-unsur motorik anak.
Teater sebagai media pendidikan inilah yang dikembangkan oleh Teater Tanah Air dalam mendidik anak-anak. Karena dunia anak-anak adalah sebuah dunia yang unik, bebas dan indah.
Melalui ragam permainan dan dolanan anak-anak diajak mengembara dengan imajinasinya, bertualang dengan fantasinya dan ber-asosiasi dengan lambang-lambang dari alam dan kehidupannya. Sehingga ekspresi anak-anak yang otentik, unik, naif, tak terduga dan penuh kejutan diupayakan muncul kepermukaan.
Teater Tanah Air menamakan metode latihannya “masuk ke dalam alam”. Metode ini ternyata cukup ampuh untuk mengeluarkan (memunculkan) kekayaan yang tersimpan dalam diri setiap anak.
Tanpa intervensi atau menggurui anak-anak dirangsang untuk menghindar dari serangan seekor kumbang atau seekor ular. Kemudian membayangkan bagaimana kalau kumbang dan ular yang menyerangnya tidak hanya satu, tapi 10, 50, 100 dan seterusnya.
Melalui ragam permainan dan dolanan semacam itulah Teater Tanah air memaksimalkan semangat bermain anak. Dengan semangat bermain inilah Teater Tanah air membangun tontonan. Ketika semangat bermain anak-anak muncul kepermukaan, maka akting tidak lagi menjadi beban. Karena anak-anak sudah lebur dalam totalitas ekspresi bersama keceriaan dan kegembiraannya. Sebagaimana persyaratan dari tontonan yang baik ialah harus menyenangkan dan tidak mudah terlupakan.
Tontonan merupakan nilai yang paling nyata dari apa yang didapat anak-anak dalam menyaksikan suatu pertunjukan. Tontonan yang baik itu ‘mempesonakan’, dengan cara menghadirkan kesempatan bagi anak-anak untuk meng-identifikasi-kan dirinya dengan tokoh-tokoh yang ada, dalam situasi yang menarik, yang bisa dipahami, bermanfaat dan mengasyikkan. Suatu kesempatan yang melibatkan identitas anak-anak dengan sang protagonis, sang antagonis dan karakter-karakter lain dalam lakon tersebut. Dari mana simpati anak-anak tergugah dengan hal yang masuk akal karena dilibatkan dengan situasinya.
Lakonnya tidaklah perlu nyata-nyata mengkhotbahi. Karena anak-anak suka belajar tetapi tidak digurui. Jadi yang baik adalah memberi kerangka sedemikian rupa dimana tidak dikatakan bagaimana seharusnya, tetapi biarkanlah segalanya terjadi secara partisipasi aktif dari anak-anak terhadap pola tindak-tanduk yang kita harap mereka ikuti. Dalam pementasan yang baik, prinsip estetika penyutradaraan, pemeranan, desain dan sebagainya akan nyata sekali.
Kualitas pementasan harus dalam kerangka teater anak-anak. Kalau kita memang hendak memperkenalkannya dengan nilai sebenarnya dari teater sebagai kesenian. Ada komposisi dasar dari kepaduan, keseimbangan, keragaman, akan jelas dalam suatu plot yang alurnya tidak terputus-putus, karakterisasinya berkembang penuh tapi tidak kelewat kompleks. Yang terutama dilukiskan dalam kata-kata dan pola geraknya serta mampu untuk tumbuh secara konsisten dan logis. Dan dialognya mesti penuh semangat, imajinatif dan segar.
Kelemahan dari grup-grup (sanggar-sanggar) teater yang ada di Jakarta adalah intervensi dari pelatihnya dan kecenderungan menggurui. Anak-anak diberi serangkaian contoh bagaimana melakukan peniruan-peniruan dari laku orang dewasa. Yaitu, bagaimana mengekspresikan kemarahan, kesedihan, ketakutan dan emosi-emosi lain yang klise. Sehingga didalam pertunjukannya kita akan melihat anak-anak yang menjadi dewasa (seperti orang dewasa) atau anak-anak yang takut salah di atas panggung. Dua kali saya menjadi juri dalam festival teater anak-anak di Jakarta, tahun 2006 dan 2008. Kelemahan yang saya sebutkan di atas hampir merata di semua grup (sanggar) teater.yang ada.
Pertunjukan Teater Tanah Air menjadi otentik dan unik dan istimewa di mata dunia karena terbebas dari segala kelemahan di atas dan tidak sekedar meng-ekspresi-kan kebudayaan, akan tetapi ‘masuk ke dalam alam’ dengan mempertimbangkan dan meng-aktualisasi-kan kearifan-kearifan local yang tersebar di pelosok Nusantara.
Jose Rizal Manua adalah sutradara teater anak-anak dan penyair tinggal di Jakarta.