Muhammadyah dan NU Diusulkan Dapat Nobel Perdamaian



Cipasera - Guru Besar Antropologi Universitas Boston Amerika Serikat Robert W Hefner telah mengajukan nominasi penghargaan Nobel Perdamaian bagi dua organisasi Islam di Indonesia Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

"Kalau tidak salah (surat pengajuan nominasi) tanggal 4 Januari dan sudah diterima (panitia Nobel)," kata Hefner, seusai jadi pembicara  peluncuran buku dan seminar "Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan NU dalam Perdamaian dan Demokrasi di Kampus UGM, Yogyakarta, Kamis (18/1).

Menurut profesor yang juga dikenal sebagai Indonesianis ini, perhatian terhadap hadiah Nobel Perdamaian untuk Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai organisasi massa Islam di Indonesia sejatinya telah banyak didiskusikan sejak lama.

Meski demikian, menurut Hefner, ada banyak variabel yang akan dipertimbangkan oleh panitia Nobel untuk menganugerahkan penghargaan itu kepada suatu organisasi di antaranya terkait dengan tantangan moral politik atau krisis global yang mampu dihadapi suatu organisasi.

"Tetapi saya kira yang tidak bisa dibantah adalah bahwa sudah ada diskusi yang cukup umum, cukup intens, dan sangat mengesankan sebagai pengakuan terhadap peran NU dan Muhammadiyah," kata dia.

Menurut Hefner, peran besar Muhammadiyah dan NU yang terabaikan di luar negeri kini mulai diperhatikan bahkan keduanya disebut cukup layak mendapat Nobel karena kontribusinya dalam membangun demokrasi dan perdamaian di Indonesia.

Indonesia, kata Hefner, tidak sekadar dipandang sebagai negara paling demokratis di Asia Tenggara. Bahkan, Indonesia disebut negara paling demokratis di antara negara-negara dunia ketiga (nonblok).

"Level itu merupakan buah dari perjuangan Muhammadiyah dan NU. Reformasi pendidikan Islam yang diimpikan dari sebagian besar Muslim dunia, sudah kedua lembaga itu lahirkan di Indonesia sejak lama," kata dia.

Selain dua organisasi Islam itu, ia menilai, Indonesia sendiri mulai banyak dikenal di dunia internasional, bukan hanya di bidang pendidikan dan kebangsaan, tokoh-tokoh Indonesia pun mulai banyak diakui dunia internasional.
"Yang selama ini orang meragukan adanya peradaban Islam, kini internasional mulai memperhatikan itu," kata dia. (red/NUonline)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel