Sutopo Wafat, Banyak Orang Merasa Kehilangan
Minggu, 07 Juli 2019
Edit
Sutopo Purwo Nugroho |
Seperti diketahui, keberadaan Sutopo di Guangzhou dalam rangka upaya untuk sembuh dari kanker paru akut dideritanya sejak tiga tahun lalu. Dan penyakit itu tergolong kanker berbahaya bagi tubuh dan pernafasan.Sejumlah lembaga kesehatan menengarai, kanker paru merupakan penyakit yang sulit dideteksi sejak dini. Biasanya baru bisa diketahui setelah stadium 3.
Tapi di saat dirundung penyakit yang demikian, Sutopo justru tampil dedikatif setiap kali muncul bencana alam, baik itu gempa bumi, banjir dan lainnya. Ia dengan persuasif memberi informasi dan penjelasan penyelamatan yang bisa bikin masyarakat tenang. Yang luar biasa, semua itu dilakukan Sutopo kapan saja dengan menafikan sakit paru yang menggerogotinya.
"Informasi dan penjelasan yang diberikan di tengah masyarakat yang cemas dan kacau akibat bencana seperti cahaya di saat gelap. Dampak psikologinya sangat luar biasa," kata Wijaya, warga NTB. "Masyarakat menjadi tenang dan dapat mengatur penyelamatan dengan berfikir sehat. Banyak orang terselamatkan atas informasinya saat gempa NTB. Kami kehilangan pak Topo (Sutopo)."
Pendapat Wijaya sepertinya dirasakan semua kalangan. Dari masyarakat umum hingga mantan Presiden RI Megawati, Gubernur Anies Baswedan.
Dan itu bisa dilihat dari ucapan duka cita yang diekspresikan mereka melalui medsos maupun media massa.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Selamat jalan, Pak Sutopo. InsyaAllah husnul khatimah. Terima kasih atas sumbangsih pengetahuannya bagi kita semua #SelamatJalanPakSutopo," tulis Anies Baswedan di akun Twitternya.
Sutopo Purwo Nugroho lahir di Boyolali pada 7 Oktober 1969. Dia anak pasangan Suharsono Harsosaputro dan Sri Roosmandari.
Berbagai sumber menyebut, Sutopo mulai berkarier di Badan Pengkajian dan Penelitian Teknologi (BPPT) sebagai pegawai di bidang penyemaian awan. Mitigasi memang keahlian Sutopo.
Di BPPT ini, alumni Universitas Gadjah Mada dan IPB itu kemudian diangkat sebagai Kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana, Pusat Teknologi Pengelolaan Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Selagi masih di BPPT mengingat pengetahuannya yang dimiliki, Sutopo lalu didaulat untuk membantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga menduduki Kepala Pusat Data Informasi dan Kepala Humas BNPB.
Namun sebelumnya, pada 2010, dia dipercaya sebagai Direktur Pengurangan Risiko Bencana. Dan pada November 2010 Sutopo terpilih menjadi Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB. Saat di posisi itulah sosoknya tampil bukan sebagai pejabat Humas, tapi pejuang kemanusiaan lantaran dedikasinya saat terjadi bencana alam. Selamat jalan Pak Sutopo....Semoga Allah menempatkan di sisiNya. (Teguh)