Tak Ada Kerjaan, Dislam Mudik dengan Sepeda Selama Tiga Hari

Dislam, saat menuju Kroya, Cilacap.
Cipasera I Dengan mengayuh sepeda, Dislam (55) pulang ke kampung halamannya di Desa Pekuncen Kroya, Kab Cilacap, Jawa Tengah. Dislam memilih jalan tersebut lantaran sudah tidak memiliki pekerjaan di tempat ia merantau.

Di tengah pandemi Covid-19 ini banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Banyak dari mereka yang terkatung-katung di daerah orang. Salah satunya Dislam (55), warga Desa Pekuncen Kroya.

Sehari-hari ia bekerja sebagai supir pribadi di Ibukota. Biasanya ia lebih sering mengantar anak bosnya untuk pergi sekolah. Namun setelah diberlakukannya sistem study from home, Dislam harus menganggur dan tak tahu kapan ia harus memulai bekerja lagi.

 “Sampai tanggal 30 Maret ternyata sekolah masih libur dan entah kapan masuknya. Akhirnya bos saya memberikan saya proyek untuk merenovasi rumah yang ada di Purwakarta,” kata Dislam.

Demi menghidupi ke empat anaknya yang masih sekolah di Kroya, Dislam berangkat ke Purwakarta. Saat itu kebijakan transportasi belum terlalu ketat. Namun hingga proyek tersebut selesai pandemi Covid-19 belum mereda. Dislam pun sudah tidak memiliki pekerjaan lagi.

 “Saya cek ke setasiun Purwakarta, kereta sudah tidak beroperasi lagi, begitupun dengan terminal. Akhirnya saya meminta izin sama bos yang ada di Jakarta untuk meminjamkan sepedanya untuk saya mudik ke Kroya,” ujarnya. “Bos saya sempat kaget, namun saya yakin saya bisa. Uang sudah mau habis, makan harus bayar. Dan sudah tidak ada pekerjaan lagi,” imbuhnya.

Dengan membawa uang Rp 400 ribu, Dislam nekat naik sepeda dari Purwakata. Sebentar ia berhenti di pompa bensin. Dislam melewati Subang, Cikopo, Pamanukan, Indramayu dan sempat juga ia menikmati pemandangan Pantai Pantura. Dislam menempuh jarak 330 kilometer dari Purwakata hingga Kroya.

Berbekal Google maps, Dislam mengayuh sepedanya selama 3 hari. “Saya terus goes, sampai di Patrol Indramayu Pantura, pemandangan laut sangan bagus dan tenang. Jadi rasa capai saya bilang dan timbul rasa semangat. Tentunya saya sangat optimis kalau saya sehat,” tegasnya.

Setelah sampai di Kroya, ia langsung pergi ke posko Covid-19 di Balai Desa Pekuncen untuk melapor melakukan tes kesehatan.

 “Alhamdulillah kondisi saya sehat. Kini saya sedang menjalani karantina mandiri di rumah,” kata dia.

Dia berharap, pandemi ini segera berakhir. Sehingga ia dan rekan-rekan yang senasib dengannya bisa kembali bekerja untuk menghidupi  anak-anak mereka.

“Saya sangat berharap negeri ini bisa kembali normal seperti sedia kala. Namun kita juga harus memiliki rasa semangat yang tinggi dan omptimis.Dengan semangat dan optimis yang tadinya tak mungkin jadi mungkin|radarbanyumas.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel