Harmoko Berpulang. Safari Ramadhan Dicontek untuk Golkar



Oleh: A. RISTANTO

Meninggalnya H. Harmoko bin Asmoprawiro pada Minggu, 4 Juli 2021 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat menyisakan duka mendalam bagi sejumlah kalangan politisi Partai Golkar khususnya dan media serta sejumlah wartawan senior.

Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar, Bambang Soesatyo yang juga mantan wartawan menyampaikan rasa dukacita yang sangat mendalam. Ketua Dewan Pakar Partai Golkar yang juga Dewan Pertimbangan Presiden, HR Agung Laksono yang diketahui kenal dekat almarhum pun langsung menyatakan duka cita mendalam dan merasa kehilangan seorang panutan dalam berpolitik. Sebagai wartawan, saya pun termasuk cukup kenal almarhum.

Intensitas pelaksanaan tugas sebagai Ketua Umum Golkar (belum disebut partai politik) 1992-1997 dengan tagline Tiada Hari Tanpa Penggalangan, benar dilaksanakan secara konsisten. Almarhum yang saat itu menjabat Menteri Penerangan (Menpen) sebelumnya sudah melakukan sejumlah terobosan, cara efektif mendekati dan menyapa rakyat.

Kegiatan Safari Ramadhan saat almarhum menjabat Menpen, termasuk terobosan tersebut. Betapa tidak selama seminggu penuh seorang menteri blusukan ke daerah-daerah.

Tujuannya tentu menyampaikan hasil pembangunan Pemerintah Presiden Soeharto, dan juga mendengar hikmah Ramadhan momentum kaum muslimin menuai lebih banyak pahala. Penyampaian hasil pembangunan yang juga dimaknai pahala jasmani bagi rakyat atas kerja pemerintahan era orde baru, tak akan bisa dinikmati jika masyarakat hidup tidak tenang dan bahagia.

Harmoko ingin menyampaikan pesan nikmat beribadah rakyat Indonesia, berkat suasana dan keadaan bangsa dan negara memperoleh hasil pembangunan pemerintah masa itu yang dikenal Era Orde Baru.

Model kunjungan kerja Safari Ramadhan inilah yang kemudian diadopsi Harmoko saat menjadi Ketua Umum Golkar. Untuk melaksanakan program konsolidasi partai, Dewan Pimpinan Pusat Golkar  perlu datang langsung menyapa konstituen di Dewan Pimpinan Daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota seluruh Indonesia.

Kunjungan ke daerah itu juga dimaksud konsekuensi pelaksanaan putusan Golkar, bahwa implementasi program konsolidasi adalah  Tiada Hari Tanpa Penggalangan.

Kunjungan ini hampir dilaksanakan setiap Sabtu sampai Minggu. Harmoko menyadari waktu kegiatan tersebut harus dilakukan bukan saat jam kerja sebagai pejabat negara. Jadi bukan kunjungan kedinasan, melainkan sebagai ketua umum Golkar.

Berbeda pesan yang disampaikan saat Safari Ramadhan, Harmoko selaku Ketua Umum Golkar lebih menyampaikan topik yang “ringan”. Selalu berpeci dengan jas kuning Golkar kebanggaan, yang dipidatokan di hadapan massa lebih  pada hal yang dihadapi rakyat sehari-hari.

Harmoko akan menyampaikan masalah keadilan dengan menyebut ucapan Jangan Sakiti Hati Rakyat. Di bidang ekonomi ia akan menyampaikan program kredit tanpa agunan. Tersedianya pupuk yang cukup, hasil panen yang berlimpah sehingga Indonesia swasembada beras.

Saat berbicara hasil pembangunan Harmoko menyampaikan, banyaknya antena televisi di sepanjang perjalanan di wilayah itu, tanda rakyat sudah menikmati hiburan dan ini juga tanda kesejahteraan kita yang meningkat. Semua hal itu selalu dinarasikan sebagai berkat hasil pembangunan Pemerintahan Orde Baru.

Saat kini Presiden Joko Widodo memberikan hadiah sepeda kepada rakyat yang bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, Harmoko pada hampir 30 tahun lalu sudah melakukannya. Hanya hadiah yang diberikan bukan sepeda.

Di hadapan massa Golkar saat itu di tengah berpidato ia mengajukan pertanyaan. Saat ada seorang massa berani dan betul menjawab pertanyaannya, serta merta Harmoko melepas Jas Kuning Golkar yang ia kenakan dan kemudian langsung memakaikan kepada kader pemberani itu.

Scene ini tentu mengundang keriuhan seksligus kegembiraan massa. Tetapi itu belum klimaks, saat si pemberani kembali dari panggung dan belum sampai ke tempatnya, tiba-tiba Harmoko memanggil namanya. Sebab saat berada di panggung sempat diwawancara nama, profesi dan tentu saja hasil pembangunan apa yang sudah dinikmatinya sempat ditanyakan.

Saat momen tersebut, tentu saja seluruh hadirin kaget. Ada apa ya? Rupanya Harmoko meminta kader tersebut memeriksa isi kantong jas yang baru saja dihadiahkan. Saat itu yang bersangkutan memeriksa kantong jas dan menemukan selembar uang Rp. 20.000,00 denominasi rupiah tertinggi saat itu. Ooh…ya buat ongkos saudara saja, kata Harmoko dari panggung. Kejadian ini kontan membuat heboh dan gelak tawa massa yang hadir tak terbendung.

Itulah sekelumit kenangan tak terlupakan saat sebagai wartawan hampir setiap akhir pekan diajak mengikuti dan meliput acara Tiada Hari Tanpa Penggalangan. Karena selalu bergabung dalam rombongan Pimpinan Golkar yang dalam kunjungan kerja menggunakan pesawat khusus, bisa menandai siapa-siapa yang diajak mendampingi Harmoko.

Rombongan tersebut terdiri dari Ketua DPP Golkar koordinator wilayah daerah yang dikunjungi, salah satu wakil sekretaris jenderal, dan anggota DPR RI daerah pemilihan setempat. Dalam setiap kunjungan diikutsertakan empat wartawan media cetak dan kameraman serta reporter TVRI.

Kelompok wartawan ini tetap, yakni dari Harian Suara Pembaruan, Kompas, Pelita, dan Suara Karya.

Salah satu yang apresiatif bagi kami para wartawan, ketika Harmoko tampil berpidato selain menyebut nama pimpinan Golkar yang mendampingi dari Jakarta, juga mengenalkan satu persatu nama-nama kami beserta medianya. Sebagai wartawan kami cukup bangga karena ada seorang ketua umum partai yang juga menteri pejabat tinggi negara, menyebut kami di hadapan massa.

Intensitas mengikuti kegiatan Tiada Hari Tanpa Penggalangan, menjadikan hubungan kami dengan Harmoko secara pribadi cukup erat. Bahkan saat penerbangan dari Bandara Halim Perdanakusuma kami langsung terlibat perbincangan berbagai hal yang kemudian menjadi materi pidato Harmoko. Ide mengajukan pertanyaan dan memberi hadiah Jas Kuning kepada konstituen adalah di antara hasil obrolan di pesawat saat mengudara.

Sungguh kita merasa kehilangan atas wafatnya H. Harmoko ayah tiga anak dari seorang istri. Terlepas kontroversial keputusannya saat menjadi Ketua DPR/MPR, agar Soeharto yang baru ditetapkan kembali menjadi presiden pada Maret 1997 mundur, lebih banyak orang yang menilai almarhum sebagai sosok yang baik.

_Innalilahi Wa Innailahi Rojiun –

Allahumaghfirlahu, Warhamhu, Wa’afihi, Wa’fuanhu_

Semoga almarhum H. Harmoko  diterima amal ibadahnya, diampuni segala kesalahannya dan dilapangkan kuburnya. Insyaallah memperoleh tempat terbaik di sisi-Nya.

Al Fatihah . Aamiin ya robbal al aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel