Masjid Al Jihad Ciputat Riwayatmu Kini
Sabtu, 27 Mei 2017
Edit
Al Jihad yang megah dan penuh riwayat (foto: Ist) |
Cipasera.com -Boleh jadi, Masjid Agung Al Jihad, Ciputat merupakan satu –satunya masjid yang menyimpan cerita dakwah dan perjuangan di Tangerang Selatan. Betapa tidak, di masjid inilah dulu tempat ustadz dan pejuang berkumpul.
“Ya, ceritanya begitu dari para sesepuh Ciputat. Di masjid ini tempat ustadz dan pejuang melawan Belanda berkumpul,” kata Sania Wirareja, Ketua DKM Al Jihad. kepada cipasera.com, Jumat, 26/5/2017
“Konon, di zaman 45 sehabis sholat isya para pejuang langsung bergerilya. Pada saat peristiwa penyerbuan markas Belanda di Cilenggang, pejuang Ciputat kumpulnya juga di masjid ini. Para pejuang yang gugur dalam pertempuran tersebut dikenal kini sebagai Pahlawan Seribu.”
Lantaran sering dijadikan tempat pejuang berkumpul lantas masjid ini lantas dinamakan Masjid Al Jihad. Artinya berperang di jalan Allah. Tentu dalam melawan Belanda. Tak heran pula, masjid ini pernah digempur Belanda 1946. Tak jelas berapa korban yang tewas. Tapi beberapa tahun kemudian dibangun tugu di komplek masjid. Sayang, tugu peringatan tersebut dibongkar saat zaman PKI merajalela tahun 1964.
Mushola Bambu
Dari data yang berhasil dikumpulkan cipasera.com, Masjid Al Jihad yang berlamat di jalan H.Usman, Ciputat ini mulanya hanya sebuah mushola sederhana yang dibuat dengan bambu tahun sekitar 1940.
Pendirian mushola tersebut mengingat adanya kebutuhan beribadah masyarakat yang makin ramai, dengan adanya areal pedagang sayuran (kini pasar Ciputat) yang jauhnya selemparan batu dari mushola.
Dalam perkembangannya, melihat makin ramai mushola tersebut, pemilik tanah yakni Tuan Salim, mewakafkan tanah seluas 1 Ha itu untuk dijadikan masjid.
Tuan Salim merupakan warga keturunan Arab yang menikah dengan wanita keturunan Tionghoa. Kabarnya, Tuan Salim adalah pedagang yang sukses dan tinggal di Ciputat.
Melihat jemaah makin tahun makin bertambah, Al Jihad sering direnovasi. “Pada 1970, Al Jihad diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat dan Bupati Tangerang,” kata Sania sambil menerawang. “ Kala itu, masjid memang direnov besar –besaran. Karena Ciputat masih bagian Jawa Barat maka yang datang Gubernur Jawa Barat.”
Di masa itulah, Al Jihad mendapat penghargaan sebagai masjid terbaik se Jawa Barat. Dinilai terbaik karena memiliki sejarah perjuangan melawan Belanda, arsitekturnya “membumi” , rapi dan terjaga kebersihannya.
Lagi –lagi, setelah puluhan tahun, jemaah makin banyak. Tiap Jumatan dan taraweh meluber keluar. Maka pengurus masjid berinisiatif melakukan renovasi 2012 dengan dana swadaya masyarakat. Dan selesai 2016 lalu sudah final dan megah.
Semula konsep arsitekturnya dibuat menyerupai pendopo khas Banten. Konsep tersebut untuk menyesuaikan identitas daerah setelah Ciputat tidak lagi menjadi bagian Jawa Barat.
“Namun karena keterbatasan biaya konsep itu diganti dengan bentuk setengah lingkaran pada atap masjid,” tambah Sania, pemilik lembaga kursus .
Masjid Agung Al Jihad berdiri megah. Sejumlah tokoh seperti Ketua Muhamadyah Din Samsudin, Ketua PB NU, Buya Hamka, Zaenudin MZ, Rhoma Irama dan lain –lain pernah berceramah di masjid yang kini letaknya berseberangan dengan fly over Ciputat.
Al Jihad kini memiliki bangunan yang terdiri dari Gedung Serba Guna, Ruang Ibadah atau bagian Masjid, Gedung Usaha, dan Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Islam dan Taman Pelajaran Al Qur’an (TPA). (Red/sekar/id)