Rasisme Makan Korban Lagi: Profesor Hamil Diusir dari Pesawat
Minggu, 08 Oktober 2017
Edit
Prof Anila digiring paksa keluar pesawat (foto: ist) |
Cipasera.com. Lagi, seorang perempuan muslim keturunan Timur Tengah jadi korban rasisme dan islam phobia. Ia diusir oleh petugas keamanan dari dalam pesawat yang ditumpangi. Padahal ia seorang profesor dan sedang hamil pula. Kini kasusnya viral di medsos.
Perempuan tersebut tak lain Profesor Anila Daulatzai. Sejumlah media melaporkan, bahwa ada penumpang wanita muslim diserat paksa keluar dari pesawat Southwest Airlines. Dia dibawa keluar oleh petugas keamanan maskapai karena alergi pada dua anjing yang berada di dalam pesawat.
Insiden yang dialami profesor di Maryland Institute College of Art, Baltimore, itu terjadi September lalu. Dia semestinya terbang dengan maskapai Amerika Serikat (AS) tersebut menuju Los Angeles untuk menemani ayahnya yang sakit dan akan menjalani operasi pembedahan.
Tindakan petugas maskapai terhadap Daulatzai itu direkam sejumlah penumpang yang kini viral di media sosial. Daulatzai terlihat dan terdengar menolak petugas keamanan maskapai yang secara paksa membawanya keluar dari pesawat.
Profesor 46 tahun tersebut mengklaim bahwa dia menderita diskriminasi di pesawat Southwest. Stepfeed, melaporkan diskriminasi dialami sang profesor karena dia seorang wanita, orang kulit berwarna, dan seorang muslim.
Pihak maskapai mengatakan, Daulatzai dipaksa keluar dari pesawat setelah dia mengaku alergi pada anjing yang bisa mengancam nyawanya. Pihak maskapai membenarkan ada dua anjing yang berada dalam satu pesawat dengan Daulatzai. Perempuan itu kemudian ditahan dan dituntut karena melawan tindakan penertiban dan pelanggaran lainnya.
Namun, pengacara profesor tersebut mengatakan bahwa dia tidak mengklaim bahwa alergi tersebut mengancam nyawanya. Dia juga tidak meminta agar anjing-anjing itu dibawa keluar dari pesawat. Bahkan, dia juga tidak meminta dokumentasi medis mengenai alerginya.
“Profesor Daulatzai menderita luka-luka fisik dan trauma mental, memerlukan perawatan darurat di rumah sakit setempat, termasuk untuk kehamilannya, dan masih menjalani perawatan medis,” kata pihak pengacaranya, dalam sebuah pernyataan.
“Profesor Daulatzai juga menerima surat kebencian, termasuk pesan rasis dan ancaman kekerasan lebih lanjut. Ada usaha untuk masuk ke rumahnya. Sejak saat itu dia meninggalkan rumahnya, takut akan keselamatannya,” lanjut pihak pengacara, seperti dikutip dari CBS News. (red/ts/sindo)
Insiden yang dialami profesor di Maryland Institute College of Art, Baltimore, itu terjadi September lalu. Dia semestinya terbang dengan maskapai Amerika Serikat (AS) tersebut menuju Los Angeles untuk menemani ayahnya yang sakit dan akan menjalani operasi pembedahan.
Tindakan petugas maskapai terhadap Daulatzai itu direkam sejumlah penumpang yang kini viral di media sosial. Daulatzai terlihat dan terdengar menolak petugas keamanan maskapai yang secara paksa membawanya keluar dari pesawat.
Profesor 46 tahun tersebut mengklaim bahwa dia menderita diskriminasi di pesawat Southwest. Stepfeed, melaporkan diskriminasi dialami sang profesor karena dia seorang wanita, orang kulit berwarna, dan seorang muslim.
Pihak maskapai mengatakan, Daulatzai dipaksa keluar dari pesawat setelah dia mengaku alergi pada anjing yang bisa mengancam nyawanya. Pihak maskapai membenarkan ada dua anjing yang berada dalam satu pesawat dengan Daulatzai. Perempuan itu kemudian ditahan dan dituntut karena melawan tindakan penertiban dan pelanggaran lainnya.
Namun, pengacara profesor tersebut mengatakan bahwa dia tidak mengklaim bahwa alergi tersebut mengancam nyawanya. Dia juga tidak meminta agar anjing-anjing itu dibawa keluar dari pesawat. Bahkan, dia juga tidak meminta dokumentasi medis mengenai alerginya.
“Profesor Daulatzai menderita luka-luka fisik dan trauma mental, memerlukan perawatan darurat di rumah sakit setempat, termasuk untuk kehamilannya, dan masih menjalani perawatan medis,” kata pihak pengacaranya, dalam sebuah pernyataan.
“Profesor Daulatzai juga menerima surat kebencian, termasuk pesan rasis dan ancaman kekerasan lebih lanjut. Ada usaha untuk masuk ke rumahnya. Sejak saat itu dia meninggalkan rumahnya, takut akan keselamatannya,” lanjut pihak pengacara, seperti dikutip dari CBS News. (red/ts/sindo)