Stroke Lebih Mudah Dicegah Daripada Diobati
Senin, 23 April 2018
Edit
Dr Handrawan Nadesul
Visi-missi "Sehat Itu Murah" yang saya sampaikan dalam buku lebih 10 tahun lalu, konsepnya kedokteran pencegahan. Bahwa sejatinya penyakit bisa dicegah, bahkan semua penyakit, kalau masyarakat diberi tahu caranya.
Masyarakat kita belum sepenuhnya diberi tahu, selain wawasan dan pranata kesehatan masyarakat kita masih belum tinggi, cenderung dilayani lebih dengan obat, masih kurang mengedukasi bagaimana supaya tidak jatuh sakit, atau penyakit yang sama tidak perlu datang berulang.
Selain itu masyarakat juga tidak diberi tahu bahwa gaya hidup yang keliru, atau salah, menjadi sumber munculnya banyak penyakit, kalau bukan semua penyakit. Maka menatalaksana penyakit sesungguhnya mengubah gaya hidupnya dulu yang tidak tepat, sebelum diberi obat, yang kita menyebutnya sikap non-pharmaca. Kalau sudah mengubah gaya hidup beberapa waktu penyakit belum menyembuh, obat baru diperlukan.
Bahwa nasib kesehatan ada di tangan kita masing-masing, bukan di tangan siapapun di luar diri kita. Maka kita yang perlu tahu tentang tubuh kita sendiri. Tidak ada yang paling setia menemani kita sepanjang hayat kita selain tubuh kita. Maka jaga dan sayangi.
Tapi siapa memberi tahu bagaimana cara tepat menjaga dan menyayangi tubuh? Pendidikan kesehatan sekolah kita belum bisa diandalkan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan sibuk hanya mengobati. Selain anggaran kesehatan habis buat belanja obat, rakyat kita masih berkutat dengan penyakit dan derajat kesehatan kita masih tetap di bawah.
Itu pula alasan, dengan konsep "Sehat Itu Murah" yang saya menuliskannya dalam buku, lalu membawakannya dalam talkshow dan seminar keliling Nusantara, ikrar pribadi hendak menyehatkan masyarakat. Tapi tangan saya cuma dua.Bagaimana mungkin menjangkau begitu luas masyarakat sedang saya tak punya otoritas, misal mengambil kebijakan seluruh media massa membantu mengedukasi hidup sehat untuk seluruh rakyat Indonesia. Sayang pemerintah belum mendengar, apalagi meniscayai bahwa pilihan saya mengedukasi masyarakat (komunikasi-informasi-edukasi), bagian dari pembangunan kesehatan di hulu yang jauh lebih murah, agar di hilir sudah telanjur jatuh sakit yang makan ongkos tinggi, semakin berkurang rakyat yang telanjur buang ongkos yang sebetulnya tidak perlu.
Oleh karena pembangunan kesehatan lebih menunggu rakyat jatuh sakit lalu diberi obat murah dan rumah sakit gratis, maka BPJS jebol sampai Rp 9 T. Solusi terhadap itu semua, saya pikir, hendaknya Kementerian Kesehatan menetapkan ulang, karena sejak awal konsep pembangunan kesehatan kita primary health care, mendahulukan pencegahan ketimbang pengobatan. Bahwa konsep preventive medicine sebagaimana yang menjadi acuan pembangunan kesehatan kita selama ini, itulah yang seyogianya perlu lebih diimplementasikan.
Bukan hanya layanan puskesmas termasuk semua layanan rumah sakit pemerintah maupun swasta yang wajib mengimplementasikan layanan preventif, termasuk juga tenaga medis pelayan kesehatan di semua lini. Artinya mengedukasi masyarakat dan pasien supaya mampu membatalkan setiap kemungkinan jatuh sakit. Masyarakat yang masih sehat diedukasi supaya tidak jatuh sakit, dan pasien yang telanjur sakit diedukasi supaya tidak jatuh sakit penyakit yang sama lagi.
Ongkos mengedukasi jauh lebih murah dan lebih sederhana dibanding mengobati. Selain itu mengobati belum tentu sepenuhnya berhasil menyembuhkan, selain kemungkinan komplikasi atau terjadi kecacatan, kalau bukan kehilangan nyawa. Nyatanya anggaran belanja kita habis tersedot buat belanja obat.
Stroke, sebagaimana jantung koroner, kanker, dan gagal ginjal, serta semua penyakit kritis lain, yang menyita uang dan harta kita, sebetulnya bisa kita cegah kalau masyarakat diberi tahu caranya.
STROKE terjadi karena ada sumbatan pada pembuluh darah otak, dan penyebab lain stroke kalau pembuluh darah otak pecah. Sumbatan plaque terjadi apabila ada bekuan dan butiran plaque di luar pembuluh darah otak yang copot, luruh, lalu terhanyut menuju aliran darah ke otak. Biasanya berasal dari jantung dan pembuluh darah leher carotid, selain bisa dari kondisi pembuluh darah otak sendiri.
Jadi mencegah supaya stroke tidak terjadi, terbentuknya materi penyumbat pembuluh otak harus dicegah.
Kita tahu pembentukan penyumbat pembuluh darah terbentuk diperankan oleh banyak faktor risiko. Lebih dari sepuluh faktor risiko, yakni hipertensi, diabetik, lemak darah, asam urat, kurang gerak, kegemukan, genetik, peradangan pembuluh darah, adanya infeksi pembuluh, kekurangan nutrisi, kelainan sel pembeku darah, dan faktor stressor. Kalau saja semua faktor itu diredam, pembentukan penyumbat plaque tidak harus terjadi.
Kita tahu proses pembentukan plaque pembuluh darah yang menyebabkan stroke, selain pencetus serangan jantung koroner, berlangsung puluhan tahun. Mungkin 20-30 tahun baru tiba sebagai pencetusnya. Jadi artinya, ada waktu yang cukup untuk kita melakukan tindakan agar proses pembentukan materi penyumbat itu dihentikan, atau berhenti. Caranya, kendalikan semua faktor risiko, dengan minum obat, dan mengubah gaya hidup. Sedang stroke perdarahan terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak lantaran membiarkan hipertensi yang melonjak. Sebetulnya hipertensu dengan mudah bisa dikendalikan, sehingga mestinya stroke perdarahan pun tidak perlu terjadi.
Jadi kalau hari ini ada orang yang terserang stroke atau jantung koroner, itu karena proses yang sudah puluhan tahun sebelumnya dibiarkan tanpa obat dan mengubah gaya hidup. Salah masing-masing korban pasien sendiri kalau stroke dan atau serangan jantungnya masih terjadi juga.
Itu maka boleh diungkap, bahwa nasib kesehatan kita, ada di tangan kita sendiri. Di tangan kita masing-masing apakah mau melakukan sesuatu supaya penyakit tidak perlu muncul. Kalau stroke sudah terjadi, sebagian kecil mungkin langsung merenggut nyawa, sebagian lain sembuh dengan menyisakan kecacatan yang tak bisa ditebus dengan berapapun uang Anda.
Postingan ungkapan ini tidak jemu saya ungkap berkali-kali, untuk mengulang bahwa sesungguhnya betapa mudah, murah, dan sederhanya mencegah stroke dan semua penyakit berat lainnya, asal Anda mau. Membaca buku saya dan mengikuti seminar itulah cara berinvestasi untuk memampukan Anda membatalkan setiap kemungkinan jatuh sakit, termasuk serangan stroke.
Keprihatinan saya, tidak semua yang sudah tahu, menaruh perhatian untuk mau berinvestasi hidup sehat. Setiap postingan imbauan ikut atau menyelenggarakan seminar, atau membaca buku kesehatan, kurang begitu antusias ditanggapi.
Bahwa kesehatan itu sebuah nilai. Orang baru meniscayai betapa mahalnya sehat kalau sudah pernah mengalami jatuh sakit. Tapi ongkosnya sangat mahal dan barang mewah kalau menunggu sakit dulu baru kita menjadi insyaf baru mau mulai hidup sehat. Maka saya beri tahu sekaranglah saatnya, sembari mensyukuri kalau kita masih enak makan, enak tidur, dan masih mampu berjalan sendiri, agar terus dijaga dan dirawat dengan konsep hidup sehat, supaya masih tetap sehat sampai ujung hayat kita.