Gua Hira, Tempat Yang Ramai Dikunjungi Umat


Gua Hira, banyak yang sholat.
Cipasera - Salah satu jejak kerosulan Nabi Muhamad yang hingga kini masih banyak dikunjungi umat muslim, yakni Gua Hira.

Gua Hira yang terletak di bukit Jabal Nur
lebih kurang 6 km di sebelah utara Masjidil Haram, ramai pengunjung saat musim haji dan umroh. Selain sekadar berkunjung dan berdoa, banyak pula umat Islam yang sholat di bibir gua.

Seperti kita ketahui, Gua Hira adalah tempat pertama kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT yang diturunkan malaikat Jibril. Wahyu pertama yang diterima beliau adalah Surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5.

Dikutip dari Buku Cerdas Haji dan Umrah, untuk mendaki bukit yang terdiri atas susunan batu-batu tajam dan licin itu diperlukan waktu sekitar 1-1,5 jam. Tergantung pada kepadatan jamaah umrah atau haji yang ikut mendaki bukit dengan sudut kemiringan antara 60-70 derajat itu.

Dalam riwayat disebutkan, tatkala Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun, semakin mendalam-lah hasrat beliau untuk menyendiri guna menjernihkan hati dan pikiran mengingat kondisi kehidupan sosial masyarakatnya yang sarat dengan kejahiliyahan. Beliau pergi, mencari tempat yang dianggap tepat untuk ber-tahannuts.

Di dalam gua itulah Nabi Muhammad SAW mengasingkan diri. Beliau melakukan ini semata-mata demi memenuhi kebutuhan rohaninya; kebersihan hati, kelembutan perasaan, kejernihan pikiran dan pandangan.

Hingga suatu malam yang gelap, di malam 17 Ramadan atau sekitar 6 Agustus 610 M, Sang Rasul terbangun dari tidurnya. Beliau terbangun karena mendengar kedatangan sesuatu yang mengejutkan sekaligus membuat dirinya sangat ketakutan. Dialah Jibril yang tiba-tiba sudah berada di hadapan beliau lali berkata dengan lantangnya.

“Gembiralah wahai Muhammad! Saya Jibril dan engkau adalah rasul Allah SWT untuk umat ini.”

Setelah menunjukkan suatu tulisan – demikian suatu sumber menyebutkan- Jibril memerintahkan Muhammad untuk membacanya.

Diceritakan, kala Jibril menuntun beliau membaca. Ada yang berpendapat bahwa maksud membaca ini merupakan perintah (amr) takwim, bukan perintah taklif; yaitu diperintah supaya beliau menjadi pembaca. Dengan demikian, maksud perintah tersebut adalah, “Jadilah engkau pembaca dengan kodrat dan iradat Tuhan.”

"Bacalah!” Kata Jibril. Nabi SAW menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Kemudian Jibril memeluk dan mendekap beliau erat-erat sehingga Nabi merasa kepayahan. Jibril lalu melepaskan dekapannya dan kembali berkata, “Bacalah!”

Nabi tetap menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Untuk kedua kalinya Jibril memeluk dan mendekap Nabi dan beliau pun kembali kepayahan. Setelah melepaskan lagi dekapannya terhadap Nabi, Jibril berkata, “Bacalah!”

Nabi masih menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Jibril memeluk dan mendekap Nabi dan beliau pun kembali kepayahan. Setelah melepaskannya, Jibril menuntun Nabi dengan kalimat tertulis dalam Al-Qur’an, yang artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq [96]: 1-5). (Red/ts/Okezone)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel