Inalilahi Waina Ilaihi Rojiun. Sang Antagonis Itu Telah Pergi
Jumat, 04 Januari 2019
Edit
Cipasera - Meski dalam beberapa tahun terakhir ini sering sakit - sakitan, kabar kematian artis kawakan Torro Margens tak pelak bikin kaget rekan dan kerabatnya juga.
"Maafin papa saya bila ada kesalahan. Beliau sudah tenang tak lagi merasakan sakit,' kata Toma Margens, salah satu anaknya.
"Akhir - akhir ini beliau memang sering mengeluh sakit. Mungkin karena faktor umur. Usia mas Torro memang nyaris 70 tahun," kata Didang Sasmita, jurnalis senior film kepada cipasera.com, Jum'at, 4 Januari 2018. " Beliu meninggal di Sukabumi. Semoga Allah memberi tempat di sisiNya. "
Torro Margens sebagai aktor dikenal punya banyak alamat. Beberapa tahun lalu ia menetap di Ciledug, Tangerang. Tak lama kemudian pindah lagi. Dan saat meninggal dunia berada di Sukabumi. Kabarnya ia memiliki rumah di situ lantaran banyak syuting sinetron di daerah Bogor dan Sukabumi.
Meski sering pindah alamat, masyarakat cepat mengenali Torro. Boleh jadi karena penampilannya di film dan televisi yang sering memainkan peran antagonis. Tatapan matanya tajam. Tubuhnya tinggi dengan rambut gondrong. Makin lengkap sebagai sang antagonis karena suaranya yang agak serak parau.
Lahir di Paduraksa, Pemalang, Jawa Tengah, 5 Juli 1950 dengan nama Sutopo Margono. Ia malang melintang di dunia seni peran sejak era 1970an. Selain sebagai bintang film dan sinetron, almarhum sempat menjadi sutradara untuk beberapa film yang dibintangi Barry Prima, Raja Emma, Kiki Fatmala dan Ayu Azhari.
Sebagai pemain watak, Torro Margens sering dipuji. Dalam film Kuldesak (1998) yang disutradarai Riri Reza, akting Torro nyaris tak ada cela. Dan seperti mengukuhkan, perannya sebagi tokoh antagonis.
Ciri itu setidaknya menjadi bukti kesuksesan Torro dalam berakting selanjutnya.Tak heran bila almarhum disebut-sebut sebagai salah satu ikon karakter antagonis terbaik yang pernah ada di Indonesia.
Selain film Kuldesak yang fenomenal, Puluhan film telah ia bintangi. Terakhir ia muncul di film Night Bus (2017), Ruqyah : The Exorcism (2017, dan Love for Sale (2018). Film Love for Sale, sukses mengantar Gading Marten meraih Piala Citra FFI 2018.(Tow)