Dorce Riwayatmu Kini

              Dorce


Oleh Ariful Hakim 

Sore, pada suatu masa, usai sholat maghrib di mushola sebuah kantor, aku terkejut mendapati seorang emak emak tidur meringkuk di pinggir tembok. Masih mengenakan mukena, sosok emak emak itu kentara jelas dari suaranya—suara yang akrab menyapa jika kelar mengampu sebuah acara. Kulihat ia berkata sesuatu. Wajahnya, jika lepas dari make up, benar benar beda. Usai salam, aku sapa dia.

“Sudah selesai sholat bun?”

“Sudah mas…”

Dia rupanya ngaso sebentar, dengan tiduran setelah ikut acara yang habis aku liput. Tidak ada sama sekali aura kebintangannya, seperti saat ia mengasuh program ‘Dorce Show’ disebuah TV swasta. Kala itu, memang Dorce sudah ‘dilepas’. Acara satu satunya tempat ia menggantung periuk nasi hilang, Dorce pun ikut lenyap dari layar gelas. Konon ‘pisahnya’ kerjasama keduanya, dibarengi dengan kekecewaan pihak TV.

Padahal dari situlah Dorce mereguk pundi pundi uang sangat banyak. Kasarnya begini, jika program tayang tiap hari, dan ia dibayar per episode sekian puluh juta, berapa ratus juta diraup dalam seminggu. Sampai sampai, busana yang dipakai show konon hanya dipakai tampil sekali, dan setelah itu disimpan. Belakangan ada kabar, baju baju itu dihibahkan saking banyaknya.

Tapi bukan itu soalnya. Seturut perjalanan waktu, Dorce sakit. Dari obrolan dengan mantan peñata riasnya, ia sudah kehilangan semua asset berharganya. Tabungan, emas, berlian bahkan mobil satu satunya, Honda HRV warna merah, dilego. Ke mana-mana naik taksi online. Lantaran sakitnya pula, Dorce harus membuat statemen minta bantuan dan disumbang 200 juta oleh Jokowi dan 150 juta oleh Megawati.

Ke mana duit milyaran rupiah yang pernah dikumpulkan semasa ia masih berjaya? Si peñata rias yang puluhan tahun dekat tak bisa menjawab. Ia bahkan meyakinkan, jika Dorce tak pernah berbisnis sampingan. Satu kabar yang pernah santer diberitakan, Dorce pernah hidup lama di Amerika Serikat, bahkan ia ingin pindah kewarganegaraan, meski akhirnya balik lagi. Tentu ini mengeluarkan duit yang tidak sedikit.

Dorce mungkin jadi kabar terakhir, bagaimana kesalahan perencanaan hidup membuat nasibnya jadi terlunta lunta di usia senja. Sebelumnya, banyak sekali artis bernasib begitu. Rata rata sama, terlena dengan rejeki super deras dan tidak pernah menyadari, bahwa setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Posisi sebagai seleb yang glamour, wah, kadang menyulitkan mereka untuk pelan pelan beradaptasi, ketika tawaran job mulai menipis.

Pelajaran demi pelajaran dari artis artis terdahulu sering terlewat, entah karena lalai atau percaya diri bahwa umur keartisannya akan terus langgeng. Dari zaman artis Marlia Hardi yang gantung diri karena terlilit hutang, pelawak Gepeng yang habis dipakai buat ngebir , aktor Tan Tjeng Bok hingga artis artis sekarang yang sempat ‘naik daun’ dan kini hidup seadanya, kita disuguhi drama nyata, bahwa dunia hiburan hakikatnya tidaklah ‘seindah warna aslinya’. 

Tentu tidak semua. Ada yang sejak awal sadar, jika modal ganteng, lucu, dan popular akan tergilas oleh pergerakan waktu, seiring perubahan minat dan kegemaran masyarakat. Harry Capri misalnya, aktor ganteng yang langsung buka bisnis restoran, dan beranak pinak ke bisnis property, ketika job deras menerpa. Maka di usia 70 tahun ia masih punya pundi pundi uang yang cukup gendut. Saat tak ada lagi panggilan syuting, Harry masih tenang beraktivitas dengan bisnisnya.

Sejatinya apa yang terjadi di dunia hiburan jadi I’tibar buat semua. Memang kita diajarkan untuk tidak mengkhawatirkan rejeki buat besok. Karena capaian hidup toh tidak melulu dari sisi kekayaan. Tapi tetap, sikap waspada dan ikhtiar untuk tidak ‘jatuh’ ada dalam genggaman manusia.  Semua mungkin tidak ingin apa yang menimpa pelawak yang kemarin baru meninggal dunia; tiga rumah, dua mobil dan uang milyaran rupiah ludes gara gara hobi judi. 

Usai dibantu biaya, Dorce bertekad sembuh. Ia ingin jalan pakai kaki, dan mencampakan kursi roda. Sesuatu yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya, dan dapat menimpa siapa saja. Jika pepatah China mengatakan,”Kalau mau jalan ke suatu tujuan, tanyalah pada orang yang pernah sampai ke sana,”, tak salah kalau kita bertanya dan belajar juga dari mereka. Diatas segalanya, jangan tenang tenang saja apalagi somse saat sedang on the top. Karena di atas ketoprak masih ada kerupuk...Eh. 

*Ariful Hakim, wartawan senior

        

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel