Merosotnya Kualitas SMAN 2 Tangsel Akibat PPDB, Diduga Picu Kekerasan Oknum Guru
Abu Yasid dan kemerosotan kualitas sekolah
Cipasera - Setelah ramai diberitakan oknum guru biologi berinisial IW melakukan kekerasan kepada siswi, SMAN 2 Tangerang Selatan akhirnya buka suara, Kamis 5/9/2024.
Kepsek SMAN 2 Tangsel Abu Yazid mengatakan, kasus oknum guru lempar gunting siswi di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan (Tangsel) diharapkan diselesaikan secara kekeluargaan.
Ia mengakui, insiden lempar gunting oleh sejawatnya itu, termasuk dalam kategori tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa. Oleh karena itu, ia berharap insiden serupa tidak terulang di masa depan. Dan oknum guru yang melakukan kekerasan telah dinonaktifkan sementara hingga penyelesaian masalah ini tuntas.
Namun sanksi sementara terhadap oknum guru IW oleh Kepsek Yazid tersebut mendapat tanggapan berbeda. "Kami ingin masalah ini tidak terjadi lagi bukan hanya disini saja, tapi juga diseluruh sekolah yang ada," kata Iin Muslina, orang tua korban kekerasan kepada wartawan Kamis 5/9/24. "Dan tentunya dijadikan hikmah dalam hal belajar- mengajar."
Sementara sumber cipasera.com di SMAN2 Tangsel saat dihubungi mengatakan, mestinya Dinas Pendidikan Prov Banten turun menyelesaikan kasus ini tidak melihat hanya pada kekerasannya saja. Tapi harus melihat, ada apa di balik kasus kekerasan muncul.
"Insiden kekerasan lempar gunting hanya pemicu adanya gunung es persoalan di SMAN2 Tangsel," kata sumber yang enggan disebut namanya, "Ibu IW merupakan guru senior idealis, sudah 20 tahun lebih mengajar kok tiba-tiba marah sedemikian rupa, kalau tak ada latar belakangnya sangat tidak mungkin."
Sumber tersebut menduga, kemarahan tersebut merupakan akumulasi kejengkelan terhadap situasi yang ada di SMAN 2, salah satunya merosotnya kualitas. Kemerosotan kualitas itu disebabkan banyaknya "siswa siluman" yang masuk lewat jalur belakang.
"Sekarang coba cek rombel (rombongan belajar). Aturan mendikbud 34 siswa per kelas. Sekarang lebih," ungkap sumber itu. "Kalau rombel ditambah dua siswa masih wajar. Kalau rombel sampai 40 murid kan mempengaruhi belajar mengajar. Akibatnya mutu turun."
Jadi, kata sumber itu, ibu IW itu mungkin jengkel pada kondisi sekolahnya. Dia mengajar tak sesuai rombel, tapi tak dapat menyalurkan aspirasinya sehingga memicu insiden tersebut. "Memang kekerasan tak bisa dibenarkan. Hanya saja, menafikan dan tak mengevaluasi kondisi yang amburadul penerimaan siswa di SMAN2 juga, tak pake nalar." (Red/TW)* (Bersambung: Menelusuri Siswa Siluman di SMAN2 Tangsel.)