Hujan Akhir Desember, Mengantar Bens Leo

 

               Bens Leo

Benedictus Benny Hadi UtomoLahir: Pasuruan, Jatim, 8 Agustus 1952.Wafat: Jakarta, 29 November 2021 

November  belum lagi berakhir. Hujan masih kerap turun. Juga hujan air mata. Kabar duka yang tiba Senin pagi ini, sehari menjelang akhir November, menyempurnakan lara. Benedictus Benny Hadi Utomo, pengsmat musik yang populer dengan nama Bens Leo, dipanggil Sang Pemilik Hidup setelah hampir sepekan dirawat di RS Fatmawati karena Covid-19. 

Teriring doa untukmu, senior. Dari kebaikan yang mewarnai hidup dan kehidupanmu selama ini. Kedamaian yang abadi sudah pasti. 

Saya mengenal almarhum sejak puluhan tahun silam. Sejak saya masih duduk di bangku SMA IX, Bulungan, Jaksel. Sejak saya rajin mengirim puisi dan cermin ke Majalah Gadis. Saat saya, masih dibalut seragam putih dan abu-abu, kerap mendatangi Redaksi Majalah Gadis di Kebon Kacang 2, Tanah Abang--yang kini bermetamorfosis menjadi Grand Hyatt atau Plaza Indonesia. 

Mas Bens Leo dan Mas Agus Dermawan T, adalah dua lejen yang mengawal rubrik "kesenian" Majalah Gadis itu. Dia  memang jurnalis handal di bidang tersebut.

Saya mengagumi keduanya. Mas Bens Leo adalah juga adik kandung dari Mas Harry Suwandhito, fotografer handal yang menjadi mentor saya di Bulungan. 

Karena puluhan tahun tidak pernah bertemu lagi, Mas Bens Leo tentu sudah tidak ingat lagi pada saya. Pertalian kembali dengannya adalah saat istri saya sakit, dan memerlukan rekomendasi untuk kepindahannya ke RS Fatmawati dari RS Siloam Simatupang. 

"Istrinya Mas Bens dokter di RS Fatmawati. Coba saja hubungi," kata Edy Suherli, rekan sesama pengurus di PWI Jaya. 

Jadi, kami berinteraksi lagi. Istrinya, dr.Pauline Endang Praptini, Sp.GK, memang bertugas di RS Fatmawati. Namun, saat itu Fatmawati  belum dapat menerima pasien non Covid. 

"Nanti kalau memang sudah bisa dirawat di sana, istri saya bisa lihat-lihat istri Mas Adhi nanti," kata Mas Bens Leo. 

Istri saya dirawat sejak 10 Juli 2021 di RS Siloam karena stroke dari diabetes yang dideritanya. Rencana kepindahan ke rumah sakit lain dilakukan atas sepengetahuan tim medis RS Siloam. 

Akhirnya, setelah 37 hari dirawat di Siloam, dan keadaan istri saya tidak membaik, saya bisa memindahkannya ke RS Fatmawati. Itu 16 Agustus malam. Itu setelah RS Fatmawati bersih dari pasien Covid, dan ICCU sudah bisa menerima pasien biasa. 

Saya kabari Mas Bens Leo, keesokan harinya. Dia senang. "Nanti istri saya lihat-lihat ke sana, Mas Adhi," katanya kala itu. 

Kamis sore, 19 Agustus 2021, beberapa saat setelah azan sholat Ashar, istri saya meninggal. Saya, serta Huga dan Dela, kedua anak saya, meratapi kepergian Rr.Yudansha Azrina. 

Telepon saya berdering. Telepon pertama yang masuk. Saya sempatkan lihat. Dari Mas Bens Leo. Saya terima tetapi saya tidak bisa bicara apa-apa. Saya cuma bisa menangis, mengabarkan istri saya sudah tiada. 

"Iya, mas, iya, mas...ikut berdukacita yaa.." Saya masih mendengar kalimat itu. 

Selamat jalan, Mas Bens Leo. Dukacita saya yang mendalam. 

Semoga dr.Pauline Endang Praptini Sp.GK dan putranya, Addo Gustaf Putera, diberikan kesabaran, ketabahan dan penghiburan. Amin. 

TB Adi, Wartawan Senior

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel