Keluarga Korban Macet Brexit Mempersiapkan Gugatan Hukum



Macet Horor di Pejagan - Brebes


Jakarta – Sejumlah keluarga korban kemacetan di “brexit” alias Brebes exit   galau dengan pernyataan Ignatius Jonan  yang terkesan  “melecehkan” para korban, seolah –olah korban bukan meninggal bukan karena kemacetan lebih dari 20 jam.



“Ucapan tersebut membuat  kami  sedih. Sudah kehilangan keluarga malah pemerintah terkesan melecehkan,” kata Rizal, salah satu keluarga korban. “ Ucapan  menteri kok begitu.  Harusnya kan menghibur  korban  dan membuat penyidikan. Bukan  ngeles dari tanggung jawab.” 


Hal sama diungkapkan Sumardi kerabat  SR. Katanya, pernyataan  Menhub bikin  masyrakat  antipasti. “Mestinya dilihat dahulu kausnya satu persatu baru bikin pernyataan. Lha dia lihat korban saja tidak kok komentar,” kata  Sumardi ketus.


Lantaran kecewa,  Rizal coba  berkonsultasi  dengan  pengacara tentang kasus tersebut. “Kami masih diskusi  seperti apa kemungkinanya bila mengajukan gugatan hukum,” kata  Rizal. “ Kami ingin bila nanti ada kesepakatan kami ingin menuntut demi pebaikan  masyarakat. Bukan mengajukan gugatan uang.”

Rizal tak mau menyebutkan siapa pengacara yang akan diajukan. “ Ach nanti saja. Ini bau diskusin belum final.” Kata Rizal buru –buru.
 
Seperti  diketahui, kemain  Menhub Ignasius Jonan meragukan kematian 13 pemudik disebabkan karena kemacetan parah yang terjadi di jalur mudik Pejagan-Brebes. Jonan meyakini bahwa mereka meninggal karena memiliki penyakit, bukan efek macet.


"Kalau ada yang mengutip ada yang meninggal karena macet kok saya baru tau ini seumur hidup saya? Begini, kalau tidak mengidap penyakit sebelumnya, saya kira enggak akan meninggal," ujar Menhub Ignasius Jonan di sela menghadiri open house di Istana Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (6/7).

Berbeda dengan Kemenkes.  Dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/7/2016), Kemenkes menyebutkan peristiwa meninggalnya belasan orang terjadi di wilayah berbeda dalam  rentang waktu tiga hari yakni, hari Minggu (3/7) hingga Selasa (5/7).

"Menanggapi pemberitaan tentang adanya 13 korban meninggal di saat kemacetan di Brebes, berdasarkan laporan yang diterima dari Dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan mengklarifikasi bahwa kejadian tersebut terjadi dalam 3 hari sejak tanggal 3-5 Juli, di berbagai tempat, dengan berbagai faktor risiko," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi dalam keterangannya, Rabu (6/7/2016).

Kemenkes mengatakan, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab adanya korban yang meninggal. Kelelahan dan kekurangan cairan dapat berdampak fatal. Apalagi pada kelompok rentan anak-anak, orang tua, pemudik dengan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, jantung yang dapat meningkatkan risiko kematian.

"Ditambah lagi kondisi kabin kendaraan yang relatif sempit serta tertutup dengan pemakaian AC terus menerus akan menurunkan oksigen serta naiknya CO2," tegas Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Achmad Yurianto.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Sri Gunadi Parwoko sebelumnya mengatakan ada 12 orang yang meninggal dunia karena dipicu kemacetan parah di jalur Pejagan-Brebes Timur.

"Karena mungkin yang jelas sudah punya penyakit bawaan, kemudian diikuti perjalanan yang begitu bikin stres orang lebih dari 20 jam ke atas dari Jakarta sampai Brebes," ujar Sri Gunadi Parwoko saat dikonfirmasi, Selasa (5/7).

Menurut dia, tim kesehatan kesulitan melakukan evakuasi saat mendapatkan laporan adanya pemudik yang mengalami sakit dan terjebak kemacetan. Akibatnya mereka tak tertolong.(TS/DT)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel