Kisah Tanjakan Emen, dari Lagu Rock Hingga Misteri Mistik
Selasa, 13 Februari 2018
Edit
Duh Emen…Mengapa
hidup sengsara, Emen
Sejak aku ditinggal
dirimu….emen
Hatiku jadi terluka
(Duh Emen – Yosie Lucky)
Cipasera – Siapa yang tidak tahu, jalur tengkorak paling terkenal di Jawa Barat? Yang tak lain adalah Tanjakan Emen. Sebuah jalan menanjak berliku yang membujur dari Subang ke Lembang, Kab Bandung Barat. Atau menurun tajam berkelok dari arah sebaliknya, Lembang – Subang.
Masyarakat menjuluki jalur tengkorak lantaran di jalur tersebut sering terjadi kecelakaan yang memakan korban tewas. Dari catatan cipasera.com , sejak 2014 – 2018 tercatat 55 nyawa melayang dan puluhan luka –luka. Ada dua kecelakaan yang memakan korban tewas cukup banyak, yakni kecelakaan 14 Juni 2014 dengan korban 17 tewas. Empat tahun kemudian, 27 korban tewas pada 10/2/2018, yang semuanya warga Pisangan, Ciputat Timur, Tangsel.
Dari banyak analisis, rawannya jalur Tanjakan Emen lantaran kondisi jalur sepanjang tiga kilometer itu tergolong berbahaya; setiap pengemudi harus hati-hati dan waspada jika melewati jalur itu. Sebab kontur jalan curam dengan kemiringan 44-59 derajat. Jalur tanjakannya panjang pula bila dari arah Subang menuju Lembang, Bandung Barat. Sementara menurun tajam cukup panjang pula dari arah Lembang menuju Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.
Tak cuma itu, kondisi lingkungan juga membuat situasi makin rawan. Penerangan jalan masih dirasa kurang dan jalan sering berkabut lantaran masih masuk daerah pegunungan. Dengan adanya kabut jarak pandang terbatas, apalagi sesudah mahgrib. Tak heran banyak pengemudi membunyikan klakson agar diketahui kendaraan dari arah berlawanan. Memang, Dishub dan polisi sudah memasang rambu –rambu lalu lintas, tapi dirasa belum cukup.
Cerita Mistis Emen
Banyak juga yang belum tahu, mengapa nama tanjakan itu disebut Tanjakan Emen. Tak seorang pun tahu, siapa yang pertama kali menamakan Tanjakan Emen. Dan sejak kapan disebut dengan sebutan tersebut.
Dari cerita mulut ke mulut, kabarnya, nama Tanjakan Emen diambil dari peristiwa tragis yang terjadi tahun 1964, yaitu kejadian kecelakaan opelet yang dikemudikan oleh Emen. Karena oplet tak kuat nanjak opelet tersebut terbakar dan Emen ikut terbakar dan tewas. Tentu saja, jalur itu kala itu masih belum mulus seperti sekarang. Kondisi jalannya banyak lubang dan berbatu.
Opelet yang dikemudikan Emen adalah opelet jurusan Ciroyom – Subang. Dan Emen sendiri, konon tinggal di Ciroyom, Bandung. Kebiasaan Emen yang bertubuh kerempeng dan berkulit coklat, itu senang merokok. Mulutnya tak lepas dari rokok.
Dari kejadian itu lalu muncul cerita mistik, sering ada arwah gentayangan yang mengganggu pengendara. Agar tak diganggu, mereka melempar koin atau rokok yang sudah dinyalakan.
Tapi anak Emen, Wahyu menepis mistis arwah. Sebab katanya, ayah bukan mati disitu. Wahyu yang saat kejadian berumur 8 tahun menegaskan kepada wartawan, ayah memang kecelakaan disitu. Tapi meninggal dunia di Rumah Sakit Ranca Badak, Bandung. Dan jenazahnya dimakamkan di Jayagiri, Lembang. Diakui Wahyu, ayahnya memang sopir oplet.
Meski begitu, ada versi lain, Emen itu kenek truk. Ia mati saat sedang mengganjal ban truk selagi truk menanjak. Naas tak bisa ditolak, truck tak kuat diganjal lantas mundur melibas Emen. Dan Emen pun tewas. Emen yang ini juga disebut orang Ciroyom.
Itu saja? Masih ada satu versi lagi. Konon, Emen merupakan korban tabrak lari. Emen ini katanya asal dari Subang. Nama Emen bukan nama asli tapi merupakan nama panggilan atau alias. Nama aslinya tak diketahui. Disebutkan, suatu kali Emen dari Subang yang ganteng sedang hiking. Zaman tahun 70-an, ngetren hiking, yakni jalan kaki jarak jauh. Pas di tanjakan Cicenang, Kec Ciater, Emen tertinggal jauh dari rombongan saat sehabis mahgrib. Tiba –tiba mobil sedan dari belakang menyeruduknya. Emen tewas, jenazahnya dibuang di semak –semak. Sementara si penabrak kabur. Dan hingga kini kisah itu masih misteri.
Namun nama Emen sudah kadung ternama. Dengan nama yang terkenal, tak heran ada yang menduga, lagu Tabrak Lari dan Duh Emen yang dinyanyikan rocker Yosie Lucky sekira tahun 90 -an diilhami oleh nama Emen dan peristiwanya. Emen itu tak lain, yang jadi “ikon” tanjakan jalan Subang – Lembang. Lagu tersebut sempat hit dan melambungkan nama Yosie. Kebetulan penyanyinya pun berasal dari Bandung pula. Saking ngetopnya, penyanyi Euis Dahlia sering menyanyikan lagu itu.
Betulkah demikian? Walahualam bisawab. Penyanyi dan penciptanya belum pernah bicara mengiakan.
Duh Emen…Mengapa hidup sengsara, Emen
Sejak aku ditinggal
dirimu….emen
Hatiku jadi terluka
(Teguh Wijaya, dari berbagai sumber)